"Namun tiba-tiba kau ada yang punya...
Hati ini terluka...
Sungguh ku kecewa, ingin kuberkata...
Kasih maaf bila aku jatuh cinta...
Maaf bila saja kusuka...
Saat kau ada yang punya...
Haruskah kupendam rasa ini saja...
Ataukah kuteruskan saja...
Hingga kau meninggalkannya dan kita bersama..."
Hati ini terluka...
Sungguh ku kecewa, ingin kuberkata...
Kasih maaf bila aku jatuh cinta...
Maaf bila saja kusuka...
Saat kau ada yang punya...
Haruskah kupendam rasa ini saja...
Ataukah kuteruskan saja...
Hingga kau meninggalkannya dan kita bersama..."
Aku mulai bernyanyi dan memainkan piano kesayanganku, aku sengaja menyanyi ini mengikuti perasaanku, perasaanku sekarang yang lagi jatuh cinta kepada seseorang. Seseorang yang kusayangi, kucintai dan sangat ingin kumiliki namun tak bisa kumiliki.
Tiap pagi aku selalu menunggu kehadirannya, entah itu hanya lewat atau sekedar menyapaku tapi aku tetap menunggu dia di sudut ruang kelas, walaupun jam pelajaran telah dimulai aku tetap menunggunya.
Setelah lama menunggu akhirnya dia lewat bersama 2 temannya dan dia menyapaku lalu kumembalasnya, setelah ia pergi aku lompat-lompat kesenangan, Sahabatku juga lompat-lompat kesenangan soalnya doiku pasti jalannya sama doinya sahabatku juga.
"Sintha... Tadi Kak Hardy dengan Kak Dein..." ujarku kesenangan.
"Kak Dein potong rambut tambah ganteng, Chikaa!" Shinta Histeris melihat potongan rambut Kak Dein.
"Masa sih ? Aku gak perhatiin!"
Setiap Kak Hardy dan Kak Dein lewat, aku dan Sintha selalu membicarakan hal yang menarik dari diri mereka, seperti Kak Dein yang baru saja memotong rambutnya sedikit pendek dan rapi, tak jarang jika mereka ke kantin kita mengikuti mereka dari belakang tetapi kalau ke toilet tak mungkin lah, maklum kelasku berada paling ujung dekat Toilet dan Kantin makanya Kak Hardy dan Kak Dein pasti lewat depan kelasku.
Selain menunggu sapaan darinya, aku dan Sintha juga mengikuti ekstra kulikuler yang sama dengan 2 kakak itu yaitu Ekskul Teater, dulu aku memang sangat menyukai ekskul ini tambah ada Kak Hardy semakin semangat diriku untuk mengikuti kegitan Ekskul ini, Kecuali Sintha dia hanya ikut-ikutan aku dan Kak Dein.
Kami latihan Teater setiap Kamis dan Sabtu, di Sekolah kami latihan ekskulnya minimal 2 hari sekali dalam seminggu makanya hampir semua siswa hanya memiliki 1 ekskul, dan maka dari itu aku semangat sekali mengikuti ekskul ini bisa bertemu dan diajarin Kak Hardy 2 kali seminggu selama 1 jam setengah. Kak Hardy dan Kak Dein udah kelas 12 sedangkan aku dan Sintha masih kelas 10 makanya mereka harus mengajari kami karena mereka senior.
"Ohiya Chika lain kali kalau udah action jangan hiraukan penonton ya!" Jelas Kak Hardy"Kalau Sintha Vokalnya dikerasin biar teman-temannya bisa dengar, tadi saya dibelakang nggak dengar vokal kamu!" Tambahnya memberi koreksi kami, kami hanya mengangguk dan aku senyum-senyum nggak jelas.
Setiap hari kulalui dengan menunggu dia di dekat jendela kelas, terkadang aku tak memperhatikan pelajaran karena aku sibuk memikir dan menungguinya. Pernah suatu hari Kak Hardy dan Kak Dein lewat bersama teman-temannya saat itu aku dan Sintha lagi berdiri depan pintu kelas dan Kak Hardy didorong sama teman-temannya ke arahku lalu Kak Hardy terjatuh ke arahku dan kita sama-sama jatuh , teman sekelas dan teman-teman Kak Hardy pada menyorakin aku.
"Ciieeee.... cieeeehhh Hardyy Chikaaa!" Sorakan teman-teman, perasaanku saat itu bercampur aduk yaitu antara malu,deg-degan dan senang.
Aku langsung duduk di tempat dudukku dan menutup wajahku malu dengan kerudung yang ku pakai, Kak Hardy dan teman-temannya telah pergi tetapi teman-temanku masih menyorakiku yang membuatku jadi tambah malu.
"Ciiiee Chika!" Sorak Sintha di telingaku.
"Iiihhh Sintha..."
"Kantin yuk..." ajaknya
"Nggak mau, malu ketemu Kak Hardy dan temannya."
"Mereka udah balik kekelas kali."
Lalu kamipun kekantin, sesampai di kantin ternyata masih ada Kak Hardy, dan aku hanya menunduk malu lewat di depannya, akupun memesan makanan dan duduk sedikit agak jauh dari Kak Hardy dan teman-teman. Tapi nggak lama itu ada yang menyentuh pundakku, akupun menoleh kebelekang.
"Kak Hardy..."
"Eh Chik maaf ya tadi Dein usil tuh dorong aku ke arah kamu," ujarnya sambil menyodorkan tangan, laluku membalasnya,"kamu nggak kenapa-napa kan?" Tanyanya, aku hanya menggeleng, "Oh baguslah." Lalu ia pergi.
"Gitu doang?" tanya Sintha dengan wajah bingung.
Aku menganggukan kepala, " tangannya dingin Sin!" ujarku.
"Wihhh dia deg-degan dekat kamu tuh!" Jelas Sintha.
"Ahh masa sih?" Tanyaku, Sintha hanya mengangguk.
Hari kelulusan Kak Hardy mulai dekat dan itu tandanya cepat atau lambat mungkin dia akan pergi dari sekolahan ini, aku ingin menyatakan perasaanku tapi itu terdengar lucu jika aku mengatakan dulu, terkadang cinta itu membingungkan diungkapin malu takut ia pergi, gak diungkapin nyesak dihati.
Dan saat usai ulangan nasional, aku iseng mengajak Kak Hardy jalan, syukurlah dia tidak menolak ajakkanku.
"Kita beli Komik dulu kali Chik, kamu udah beli belum yang edisi 107?" Tanyanya.
"Oh yang 107 udah lah, kakak belum beli? buruan deh beli... seru banget kak..." Jawabku.
"Yaudah kita ke toko buku dulu..." ajaknya.
Setelah itu kita pergi mencari tempat makan murah meriah sesuai kantong anak SMA. kita makan Mie ayam bakso pinggir jalan.
"Kak ...mmm apa ya... nggak jadi deh..."
"Loh kok gak jadi ngomong."
"Nggak apa-apa kak, makanannya udah datang tuh." Padahal aku ingin jujur sama Kak Hardy tetapi lidah ini rasanya beku sekali untuk memulai mengungkapkan kata-kata itu.
"Doain kakak ya semoga lulus UN terus lulus SNMPTN ya"
"aamiin , emang mau ngambil jurusan apa?"
"Sastra Jepang Chik" jawabnya, aku hanya mengangguk.
Namun sayang beribu sayang, kata-kata yang belum sempatku ungkapan menjadi hanya sebuah Harapan, setelah aku jalan sama Kak Hardy, aku melihat nama seseorang di status BBMnya dan Foto Profilnya juga foto cewe itu.
"Hanifah Putri, cewe ini siapa?"tanyaku yang mulai menitihkan air mata.
"Pacar Kak Hardy Chik..." jawab Sintha.
"Kamu tau dari mana Sin?"
"Aku nanya Kak Dein, Yahh kamu telat Chik, seharusnya kamu ungkapin pas kemarin makan Mie Ayam."
"Gimana coba gue ungkapinnya? Aku akut ditolak , malu Sin!"
"Kan kamu cuma ungkapin bukan nembak"
"Tapi sama saja!"
"Nanti pas hari kelulusan kamu ungkapin, dan kamu bilang kamu bukan nembak tapi ini hanya sekedar perasaan yang dipendam dan kak Hardy harus tahu hal ini!" Jelas Sintha, aku hanya mengangguk dan diam memikiri hal itu.
Hari kelulusan yang ditunggu-tunggu kakak kelas 12 tiba, hari yang menegangkan ini bisa jadi hari terakhirku bertemu kak Hardy seperti yang kuketahui dia akan kuliah di luar pulau Kalimantan, jadi pasti aku tidak akan bertemu lagi dalam waktu dekat ini.
Setelah pengumuman itu selesai serta Kak Hardy dan teman-temannya dinyatakan lulus, aku segera menelpon Kak Hardy menyuruhnya ke warung tempat biasa anak sekolahan kami nongkrong. Aku menunggu Kak Hardy cukup lama di situ, tidak lama itu ia datang dengan baju abu-abunya yang sudah penuh dengan corat-coret warna-warni tanda tangan teman-temannya, katanya sih ini buat kenang- kenangan.
"Ada perlu apa Chik?" Tanyanya dengan wajah datar, tetapi dari kejauhan Sintha menyemangatiku.
"Gini kak, saya mau ngomong..."
"Mau curhat? Aduh saya gak ada waktu chik... saya duluan ya Chik..." beranjak pergi.
"Tapi kak..." kataku terpotong-potong, "aku suka sama kakak dari lama..." ujarku, dan membuat Kak Hardy menoleh kebelakang lagi.
"Kamu ngomong apa barusan?"
"Aku suka sama Kak Hardy..." aku memperjelas dengan menundukkan kepala karena malu.
"Saya juga suka sama kamu..." jawabnya, aku mengangkat kepalaku seolah tak percaya.
"Tapikan kakak udah ada pacar..."
"Bukan pacar lagi ... tapi tunangan!" Jelasnya, hatiku tambah hancur ketika mendengar penjelasannya itu.
"Lalu? Kenapa kakak bilang suka sama saya?"
"Karena saya menghargai perasaan kamu, permisi..." Jawabnya lalu ia pergi, jauh dan semakin jauh.
Sintha yang melihat kejadian itu langsung memelukku dengan kencang lalu menghapus air mataku yang mulai berjatuhan ke pipi tembemku ini.
"Jangan buang air matamu sia-sia dengan orang yang hanya numpang lewat dikehidupanmu, lagipula jika ia benar-benar menyukaimu dia akan menjaga perasaanmu sungguh-sungguh, bukan tidak jelas seperti ini" Ujar Sintha dan memelukku lagi.
"END"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar